Bulan Terbentuk Dari Debu Tabrakan Bumi Vs Theia ?
Labels:
Pengetahuan
Bulan tidak muncul begitu saja, bulat, padat dan memantulkan cahaya Matahari yang menerangi langit malam. Para ilmuwan yakin satelit alami Bumi itu terbentuk dari debu hasil tubrukan antara Bumi dan planet misterius seukuran Mars yang lantas diberi nama Theia (ibu dari Dewi Bulan dalam mitologi Yunani -- Selene). Sebuah tabrakan kolosal yang terjadi 4,5 miliar tahun lalu.
Temuan para ilmuwan baru-baru ini melengkapi teori terbentuknya Bulan, yang dinamakan ‘Giant Impact’. Menambal lubang besar dari misteri yang belum terjawab dari hipotesa sebelumnya.
Versi awal menyebut, Bulan sebagian besar terbentuk dari puing Theia yang menabrak proto Bumi. Namun, hipotesa menjadi bermasalah ketika kini ilmuwan menemukan bahwa Bulan dan Bumi ternyata terbentuk dari bahan yang sama. Bahkan dua studi terbaru menjelaskan bahwa Bumi dan Bulan secara geokimia adalah kembar.
Lalu bagaimana bisa Bulan dan Bumi memiliki materi serupa?
Salah satu studi dilakukan oleh Matija Cuk dari Institut SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) di Mountain View, Kalifornia dan Sarah Stewart dari Harvard. Mereka menawarkan kunci jawaban dari pertanyaan itu: yakni level rotasi Bumi.
Artinya, aktivitas Bumi berperan dalam pembentukan Bulan. Melalui rotasi yang luar biasa cepat, Bumi melempar banyak material -- hasil percampuran puing Bumi dan Theia -- untuk membentuk Bulan. Saksikan videonya ~> Di Sini
Penjelasan ini dinilai masuk akal, para ilmuwan berpendapat, tata surya di awal pembentukannya adalah "galeri tembak" yang ditandai dengan banyaknya tubrukan besar benda langit, membuat planet-planet berputar dengan kecepatan luar biasa.
Studi Cuk dan Stewart yang dimuat dalam jurnal Science 17 Oktober 2012 juga menyediakan penjelasan mekanis mengapa level rotasi Bumi melambat seiring berlalunya waktu.
Setelah tabrakan, interaksi gravitasi orbit bumi mengelilingi matahari dan orbit bulan mengelilingi bumi mengerem level putaran yang tak terkendali itu, yang akhirnya rotasi Bumi jauh melambat, satu hari hanya terdiri dari 24 jam.
Cuk dan Stewart masih memposisikan planet yang menabrak Bumi sebagai entitas yang lebih kecil, seukuran Mars. Namun, studi lain yang dipublikasikan jurnal yang sama membayangkan tabrakan yang terjadi adalah antara dua planet sama berat.
"Dalam tabrakan ini, penabrak dan target masing-masing mengandung sekitar 50 persen massa Bumi saat ini," kata Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado.
Dari model komputer diketahui, tabrakan simetris ini menghasilkan debu pembentuk bulan, yang komposisinya nyaris identik dengan mantel Bumi yang baru terbentuk kala itu.
Tanpa Bulan, tak ada kehidupan
Ada lagi studi ketiga soal hubungan Bumi dan Bulan di masa-masa awal pembentukannya. Bedanya, ia lebih menyoroti peran satelit Bumi itu terhadap kehidupan di Bumi.
Analisa dari batuan Bulan yang dibawa oleh misi Apollo menunjukkan kandungan seng lebih berat, bukti terjadinya tabrakan beberapa miliar tahun lalu. Temuan ini juga makin memperkuat teori "Giant Impact"
Dr Frederic Moynier dari Washington University, St Louis menyebut, tanpa keberadaan Bulan, mungkin tak akan ada kehidupan di Bumi.
Begini penjelasannya. Setelah tabrakan besar terjadi, Bulan mengorbit jauh lebih dekat dari saat ini dan menyebabkan pasang surut besar tiap beberapa jam. Fluktuasi pasang surut dramatis diyakini mendinginkan Bumi, mendorong evolusi dramatis DNA primitif seperti biomolekul.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, Dr Frederic Moynier menganalisa 20 sampel batuan Bulan, termasuk dari misi Apollo 11, 12, 15, dan 17 yang mendatangi lokasi berbeda di Bulan. Juga sebuah meteorit dari Bulan.
Tanpa pengaruh menstabilkan dari Bulan, interaksinya saat berotasi pada planet manusia, Bumi mungkin menjadi tempat yang benar-benar berbeda: berputar lebih cepat, hari akan lebih pendek, cuaca lebih ganas, dan iklim yang lebih kacau dan ekstrem. Bukan tempat yang tepat bagi evolusi manusia.
Sumber : VivaNews
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment